Pesatnya
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (ipteks) saat ini
mengakibatkan perubahan-perubahan di berbagai bidang kehidupan. Mulyasa (2008:
9) mengemukakan bahwa pendidikan harus dapat memenuhi tuntutan dan kebutuhan
masyarakat, terutama dalam kaitannya dengan permasalahan-permasalahan
perkembangan ipteks. Kesuksesan pendidikan anak Indonesia merupakan ujung
tombak kemajuan bangsa Indonesia untuk dapat bersaing dengan negara lain.
Realita
proses pembelajaran di kelas tradisional, siswa kurang didorong untuk
mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas didominasi
oleh kegiatan belajar yang hanya mengarahkan siswa untuk menghafal informasi
saja, otak siswa dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi. Siswa
tidak dituntut untuk memahami dan menghubungkan informasi yang diingatnya itu
dengan kehidupan sehari-hari siswa.
Pembelajaran
dengan menerapkan pendekatan tersebut kurang mendorong siswa untuk dapat mengembangkankemampuan
berpikir. Sebagaimana yang diungkapkan Mary (2002: 1) bahwa Thinking outside
the box is sometimes difficult when students and teachers are working within
the constraints of a traditional classroom.
Students especially have their outlooks
limited by classroom walls because they often do not yet have a wide
perspective on the potential for their actions to have civic
consequences.
Saat ini pembelajaran yang dilakukan masih belum
bermakna. Hal ini sebagaimana diungkapkan Abdurrahman (2007: 100) bahwa selama
mengikuti pembelajaran di sekolah siswa jarang bersentuhan dengan pendidikan
nilai yang berorientasi pada pembentukan watak dan kepribadian. Hal tersebut
mengakibatkan pembelajaran kurang bermakna dan juga mengakibatkan siswa kurang termotivasi
untuk mempelajari sains yang ditunjukkan dengan sikap bosan mengikuti proses
pembelajaran sehingga sains kurang berkesan dalam benak mereka (Martin, et al.,
2005: 6). Oleh karena itu, perlu suatu pendekatan pembelajaran yang sesuai
dengan tahap perkembangan intelektual siswa dan dapat memberikan makna bagi
siswa untuk dapat menjadi manusia seutuhnya. Pembelajaran dengan outbond sains
memungkinkan siswa mengalami langsung konsep yang dipelajari serta
mengembangkan penalaran logis dan mengajarkan siswa untuk menguasai nilai-nilai
spiritual, emosional dan intelektual secara optimal. Hal itu dikarenakan materi
pembelajaran dapat dirangkum menjadi kegiatan yang dekat dengan pengalaman
siswa dalam kesehariannya sehingga menjadi bermakna bagi kehidupan untuk itu bahwa outbond merupakan salah satu metode yang dapat
mengembangkan kemampuan berpikir, keterampian sosial, life skill, kemampuan
spiritual dan sikap siswa Prinsip “experiential learning“ (belajar melalui
pengalaman langsung) pada kegiatan outdoor ini, siswa akan mampu mengembangkan
potensi diri, baik secara individu (Personal Development) maupun dalam kelompok
(Team Development). Melalui outbond, siswa secara aktif dilibatkan dalam
seluruh kegiatan yang dilakukan dan langsung berinteraksi dengan alam untuk
mengenal Allah swt (Sang Pencipta) dan mencintai lingkungan .tempat hidupnya.
Banyak orang yang mengetahui bahwa teknik tersebut dapat mengembangkan potensi
siswa dan memberikan lingkungan belajar yangconsequences.
kreatif dan menyenangkan, akan tetapi guru jarang memanfaatkan outbond dalam pembeajaran secara formal. Padahal jika outbond ini dilakukan maka akan diperoeh
kemanfaatan yang luar biasa.